ASPEDI Kabupaten Bogor Perkenalkan Kujang sebagai “Ageman” Urang Sunda

Bogor, SERAMBINUSANTARA.com – “Menyelam Sambil Minum Air”. Begitu peribahasa popular yang sering kita dengar dalam interaksi sosial, yang memiliki pesan mendalam, melakukan dua atau tiga pekerjaan dalam satu kesempatan.

Demikian pula yang dilakukan Dewan Pengurus Asosiasi Pengusaha Jasa Dekorasi Indonesia (DPC ASPEDI) Kabupaten Bogor. Himpunan profesi insan usaha dekorasi ini memanfaatkan kegiatan seminar dan pelatihan peningkatan produk digital sebagai ajang memasyarakatkan kujang sebagai “ageman” alias senjata pusaka pegangan urang Bogor.

Kegiatan seminar dan pelatihan dimaksud dilaksanakan pada Selasa (20/2/2024) di Coffee Bag, Sentul, Babakanmadang, Kabupaten Bogor, yang diikuti puluhan orang peserta.

Dalam kesempatan tersebut, Ketua DPC ASPEDI Kabupaten Bogor, Edi Wijaya, menyerahkan cinderamata Kujang kepada Tommy Rahadian, owner Athar Wedding, yang menjadi narasumber.

Seminar dan Pelatihan peningkatan pemasaran digital bagi pelaku ekonomi kreatif yang dilaksanakan Dewan Pengurus Asosiasi Pengusaha Jasa Dekorasi Indonesia (DPC ASPEDI) Kabupaten Bogor, di Sentul, Selasa (20/2/2024)

“Kami sengaja menyiapkan cinderamata kujang, sebagai ikhtiar kecil DPC ASPEDI Kabupaten Bogor, agar masyarakat memberikan perhatian terhadap pelestarian budaya, dengan menjaga dan mewariskan kujang sebagai ageman atau senjata pusaka khas urang Sunda Bogor,” tegas Edi Wijaya.

Menurut Edi Wijaya, masyarakat Bogor merupakan pewaris utama Kerajaan Pakuan Pajajaran, kerajaan terbesar Nusantara yang eksis pada abad 15-16 M, dengan maharaja kesohornya, Prabu Siliwangi, yang beribukota di kawasan Pakuan alias Batutulis, Kota Bogor sekarang.

Penghargaan terhadap para karuhun alias leluhur dan pembesar masa lalu antara lain ditunjukkan dengan menjaga berbagai warisan yang ditinggalkan, seperti kujang maupun dalam bentuk lain.

“Bogor sebagai salah satu kota pusaka kuno nasional, yang memiliki banyak sekali warisan bersejarah yang perlu dijaga. Kita lakukan sekecil apapun langkah yang bisa ditempuh, agar budaya maupun bahasa Sunda terus lestari di tengah masyarakat Bogor, tidak tergerus oleh budaya asing yang datang dari luar Pasundan,” demikian Edi Wijaya.

Ahmad Fahir