Warga Desa Bojong Abadikan Raden Santri Wijaya Kusuma Jadi Nama Jalan

SERAMBINUSANTARA.com , Bojong – Raden Santri Wijaya Kusuma identik dengan Desa Bojong. Demikian pula eksistensi Desa Bojong tidak dapat dilepaskan dari sosok ulama yang makamnya terletak di Keramat Pasarean, Kampung Bojong Lebak, RT 03/ RW 08. Karenanya, warga Desa Bojong mengabadikan sang tokoh sebagai nama jalan, yang membentang dari Kampung Lumbung, Bojong Kidul, Bojong Kaum hingga Bojong Lebak alias meliputi RW 01, 02, 03 dan 08.

Sejak Januari 2023 Pemerintah Desa Bojong telah menetapkan Raden Santri Wijaya Kusuma sebagai nama jalan. Penetapan tersebut dilakukan merespon usulan tertulis yang disampaikan oleh para keluarga keturunan Raden Santri Wijaya Kusuma dan para tokoh Desa Bojong, yang diprakarsai Yayasan At-Tawassuth.

Kegiatan doa bersama “Suraan” 1445 H dan tasyakuran peresmian nama Jalan Raden Santri Wijaya Kusuma, di Keramat Pasarean, Sabtu (5/8/2023).

Sebagai bentuk sosialisasi atas kebijakan Pemerintah Desa Bojong tersebut, Yayasan At-Tawassuth menyelenggarakan doa bersama “Suraan” 1445 H dan tasyakuran peresmian nama Jalan Raden Santri Wijaya Kusuma di Keramat Pasarean, Kampung Bojong Lebak, RT 03/ RW 08, Desa Bojong, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, Sabtu (5/8/2023).

Kegiatan ini mengangkat tema “Pengabadian Jejak Perjuangan dan Dedikasi Raden Santri Wijaya Kusuma bagi Masyarakat Desa Bojong”.

Tasyakuran pengabadian nama Jalan Raden Santri Wijaya Kusuma diikuti 50 orang peserta. Mereka yang hadir umumnya keturunan Raden Santri Wijaya Kusuma, para “muhibbin” alias pecinta serta tokoh masyarakat Desa Bojong.

Kokolot Keramat Pasarean, Abah Arifin (paling kanan, baju putih), dan Ketua Panitia, Ahmad Fahir, kedua dari kanan (baju hitam), memandu jalannya kegiatan doa bersama dan tasyakuran peresmian Jalan Raden Santri Wijaya Kusuma

Para peserta yang hadir, antara lain Ahmad Fahir selaku inisiator pengusulan nama jalan, kokolot Keramat Pasarean, Abah Arifin, tokoh Masyarakat Desa Bojong, “Kadus” Khotib, Anggota PPK Kecamatan Kemang, Ahmadi, Ketua RW 02 Desa Bojong, Urip, Amil Bojong Kaum, Ustadz Abdullah (Adul), pegiat budaya Ari Jinjin, tokoh pemuda Bojong Hilir, Cemong, tokoh pemuda Bojong Kaum Sukirman, tokoh pemuda Kampung Sawah, Halim, dan juru kunci Pasarean, Darus.

Sejumlah ulama dan tokoh Bogor tampak hadir, yakni Rais Syuriah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Bogor dan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Bogor periode 2017-2022, KH Mustofa Abdullah Bin Nuh, Lc alias Abah Toto, Ketua Umum Dewan Adat Sunda Langgeng Wisesa (SLW) dan Wakil Bupati Bogor periode 2018-2013, Ki Karyawan Faturrahman, dan budayawan Sunda Ki Syarif Bastaman.

Ketua Umum Dewan Adat Sunda Langgeng Wisesa dan Wakil Bupati Bogor periode 2008-2013, Ki Karyawan Faturrahman, menziarahi makam Eyang Santri dan menghadiri acara “suraan” dan tasaykuran peresmian Jalan Raden Santri Wijaya Kusuma.

Selanjutnya, Wakil Ketua DPRD Kabupaten Bogor periode 2014-2019, Hj Saptariyani, aktivis SLW Ambu Resmi, Ambu Silvi, dan Ketua Panitia Pengarah Napak Tilas Prabu Siliwangi (Long March dari eks Keraton Pajajaran, Batutulis – Situs Keramat Bukit Badigul Rancamaya 2017), Ki Bambang Somantri.

Ketua Panitia Pelaksana, Ahmad Fahir mengatakan, pengabadian Jalan Raden Santri Wijaya Kusuma dimaksudkan sebagai ikhtiar menghormati jasa, mengapresiasi dedikasi, dan menghargai kontribusi perjuangan sang tokoh bagi masyarakat Desa Bojong dan sekitarnya.

Ulama terkemuka Bogor, Rais Syuriah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Bogor, Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Bogor, dan perwakilan keluarga besar Cikundul, KH Mustofa Abdullah Bin Nuh, berziarah dan mengikuti acara di makam keramat Raden Santri Wijaya Kusuma.

Lebih lanjut Ketua Umum Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Kota Bogor periode 2000-2002 ini mengungkapkan, Raden Santri Wijaya Kusuma memiliki catatan riwayat, sejarah, warisan peninggalan dan budaya yang sangat lekat dengan warga Desa Bojong.

Disebutkan, masjid tertua yang berada di Desa Bojong, yakni Masjid Jami Nurul Ihsan di RW 01, Kampung Bojong Kaum, yang notabene cikal bakal dari seluruh masjid yang ada di Bojong, tak lain sebagai jejak peninggalan Raden Santri Wijaya Kusuma.

“Pembangunan masjid ini dirintis, diprakarsai dan dirawat oleh keturunan Raden Santri Wijaya Kusuma. Berakar dari spirit perjuangan dan melanjutkan cita-cita besar beliau sebagai ulama penyebar Islam di Desa Bojong,” ujar Fahir.

Tokoh Masyarakat Desa Bojong, “Kadus” Khotib (paling kiri, baju merah), salah satu sepuh dan keturunan Raden Santri Wijaya Kusuma, yang ikut memprakarsai usulan pengabadian nama jalan beserta sejumlah peserta “Suraan” 1445 dan tasyakuran.

Pasarean atau makam Raden Santri Wijaya Kusuma dikeramatkan oleh masyarakat. Memiliki ciri khas unik, yakni tanah makamnya menggunduk seperti gunungan, dan bangunan makam hanya beratap “hateup” dengan bahan dasar daun kiray/sagu.

Dari tahun 1960-an, sejak era juru kunci Ki Unda dan Mak Jaemah, makam Raden Santri Wijaya Kusuma dikeramatkan masyarakat luas. Banyak peziarah yang mendatangi makam ini pada momen tertentu, seperti malam Jumat atau pada hari-hari besar Islam. 

Pengunjung yang berziarah tidak hanya dari Desa Bojong dan sekitarnya, melainkan tidak sedikit yang datang dari luar Bogor, atau dari luar Jawa.

Para tokoh ulama, tokoh masyarakat dan budayawan Sunda Bogor, sesepuh Desa Bojong, dan kokolot Keramat Pasarean Raden Santri Wijaya Kusuma berfoto bersama para peserta dan undangan seusai doa bersama “Suraan” dan tasyakuran pengabadian nama jalan.

Oleh karena itu Ahmad Fahir memprakarsai pengabadian Raden Santri Wijaya Kusuma sebagai nama jalan di Desa Bojong, tepatnya dengan lokasi membentang dari Kampung Bojong Lebak, Bojong Kaum, Bojong Kidul hingga Lumbung alias wilayah RW 08, RW 01, RW 02 hingga RW 03.

“Alhamdulillah Pemerintah Desa Bojong melalui SK Kepala Desa Bojong pada Januari 2023 sudah menetapkan pengabadian nama Jalan Raden Santri Wijaya Kusuma, kakek sepuh kami dan karuhun bagi banyak warga Bojong. Kami haturkan terima kasih. Sekarang kami gelar doa bersama “suraan” atau muharraman dan tasyakuran sebagai bentuk peresmian dan sosialisasi,” ujar Fahir.

Ia berharap pengabadian nama Jalan Raden Santri Wijaya Kusuma akan membawa dampak positif secara berkelanjutan. Selain sebagai bentuk penghormatan atas jasa-jasa sang tokoh, pengabadian nama juga sebagai bentuk terima kasih, rasa cinta, wujud ikatan rohani, serta doa agar membawa berkah untuk semua.

Pengabadian nama jalan juga memudahkan masyarakat yang datang dari luar Desa Bojong, yang bermaksud ziarah ke Keramat Pasarean. Pasalnya selama ini banyak warga dari luar Desa Bojong yang keasasar hingga daerah Bantarsari atau Cimulang, Kecamatan Rancabungur, karena warga sekitar lebih mengenal istilah Keramat Pasarean daripada nama sang tokoh yang dikeramatkan.

Rusmana