Ketua Umum Dewan Adat Sunda Langgeng Wisesa Gunting Pita Resmikan Nama Jalan Raden Santri Wijaya Kusuma

SERAMBINUSANTARA.com, Bojong – Ketua Umum Dewan Adat Sunda Langgeng Wisesa (SLW), Ki Karyawan Faturrahman alias Ki Karfat, menziarahi makam Raden Santri Wijaya Kusuma di Keramat Pasarean, Desa Bojong, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, Sabtu (5/8/2023).

Kedatangan Wakil Bupati Bogor periode 2008-2013 ke makam Raden Santri Wijaya Kusuma sebagai rangkaian kegiatan doa bersama “Suraan” 1445 H dan tasyakuran peresmian nama Jalan Raden Santri Wijaya Kusuma, yang diprakarsai Yayasan At-Tawassuth dan keluarga besar keturunan Keramat Pasarean, Desa Bojong.

Rais Syuriah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Bogor, KH Mustofa Abdullah bin Nuh, Lc (paling kanan) memimpin munajat doa gunting pita peresmian nama Jalan Raden Santri Wijaya Kusuma, Desa Bojong, Sabtu (5/8/2023).

Ki Karfat merupakan pemuka budayawan Sunda di tatar Pakuan Pajajaran Bogor. Organisasi yang diampunya, yakni Dewan Adat Sunda Langgeng Wisesa (SLW) merupakan perkumpulan dari puluhan komunitas kasundaan yang berada di Bogor, yang didirikan pada 2017. Ia juga memiliki Padepokan Bale Pakuan serta “museum” keris di Karadenan, Cibinong.

Ia mengatakan, pengabdian nama Jalan Raden Santri Wijaya Kusuma sebagai langkah strategis dan maju, upaya nyata dalam melestarikan cagar budaya yang ada di tengah masyarakat serta sebagai wujud penghormatan atas jasa sepuh alias karuhun yang kepada masyarakat luas.

“Kegiatan yang dilakukan Ki Fahir dan keluarga besar keturunan Raden Santri Wijaya Kusuma merupakan karya bersejarah, yang baru akan disadari manfaat besarnya oleh masyarakat Desa Bojong dan sekitarnya puluhan tahun ke depan,” kata Ki Karfat.

Ketua Umum Dewan Adat SLW, Ki Karyawan Faturrahman, didampingi Kokolot Keramat Pasarean, Abah Arifin (kanan), Ketua Panitia, Ahmad Fahir (belakang), dan Ketua RW 02 Desa Bojong, Urip (kiri, baju kuning).

Ki Karfat mengapresiasi dan mendukung penuh upaya penghormatan maupun pengabadian pada sosok Raden Santri Wijaya Kusuma, yang berjasa besar bagi warga sekitar Desa Bojong. Antara lain ditunjukkan dengan sejarah keberadaan Masjid Nurul Ihsasn, sebagai masjid tertua yang menjadi cikal bakal dari seluruh masjid di Desa Bojong, yang didirikan oleh anak cucunya.

Selain eksistensi Masjid Nurul Ihsan sebagai monumen bersejarah di Desa Bojong, keberadaan keturunan sebagai pewaris perjuangan, menjadi bukti lain dari ketokohan Raden Santri Wijaya Kusuma.

Berikutnya, secara budaya Keramat Pasarean yang menjadi lokasi makam Raden Santri Wijaya Kusuma dikeramatkan oleh masyarakat. Pada hari-hari tertentu makam ini ramai dikunjungi peziarah baik yang datang dari Desa Bojong maupun dari luar daerah.

Ketua Umum Dewan Adat SLW, Ki Karyawan Faturrahman bersama Kokolot Keramat Pasarean, Abah Arifin, dan tokoh masyarakat Desa Bojong, “Kadus” Khotib melakukan tabur bunga di makam Raden Santri Wijaya Kusuma.

Warga yang tasyakuran panen hasil bumi atau hendak menggelar hajatan kerap menggelar sedekah di pasareannya, sebagai bukti ia memiliki magnet kuat sebagai pusat energi spiritual di Desa Bojong.

Ki Karfat berpesan kepada keluarga keturunan, pihak Pemerintah Desa Bojong dan warga sekitar agar terus melestarikan keberadaan makam keramat Raden Santri Wijaya Kusuma. Pengabdian nama jalan sebagai bagian dari ikhtiar dimaksud.

Ia melajutkan, ke depannya pelestrian cagar budaya di Keramat Pasarean perlu ditopang dengan kegiatan lain berupa edukasi budaya kepada masyarakat, melanjutkan dedikasi besar dan cita-cita mulia perjuangan Raden Santri Wijaya Kusuma di tengah masyarakat.

Rusmana