Ketua Lesbumi PCNU Bogor Ikuti Lebaran Ketupat di Desa Bojong Kemang

Bogor, Serambi Nusantara – Ketua Lembaga Seniman Budayawan Muslimin Indonesia (Lesbumi) Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Bogor, Ruslan, mengikuti kegiatan Lebaran Ketupat yang digelar pertama kali oleh Yayasan At-Tawassuth di Kampung Sawah, RT 01, RW 06, Desa Bojong, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, Selasa 8 Syawal 1443 (9/5/2022).

Kepada Serambi Nusantara di Bogor, Selasa (10/5), Ruslan yang juga dikenal sebagai pekerja seni dan pegiat budaya Sunda Bogor mengatakan, dirinya mengikuti tradisi Lebaran Ketupat yang dipelopori Yayasan At-Tawassuth sebagai bentuk dukungan, agar warisan budaya yang diperkenalkan pertama kali oleh Sunan Kali Jaga pada akhir abad ke-15 M tersebut semakin dikenal masyarakat Bogor.

Yayasan At-Tawassuth memprakarsai perayaan Lebaran Ketupat di Desa Bojong, Kemang, Kabupaten Bogor, Senin (9/2/2022).

“Tradisi Lebaran Ketupat dijumpai di banyak daerah di Indonesia, namun masih cukup asing untuk orang Bogor. Jarang sekali ada komunitas yang menyelenggarakan Lebaran Ketupat pada 8 Syawal,” ujar Ruslan, artis sinetron pada sejumlah filmi layar kaca.

Oleh karena itu, Ruslan yang tinggal di daerah Kelurahan Pabuaran, Kecamatan Cibinong, rela menempuh perjalanan puluhan KM ke Desa Bojong, Kemang, untuk mengikuti Lebaran Ketupat yang dipelopori Yayasan At-Tawassuth.

Ketua Lesbumi PCNU Kabupaten Bogor dan pegiat budaya Sunda, Ruslan

Ketua Yayasan At-Tawassuth, Ahmad Fahir mengemukakan, kegiatan Lebaran Ketupat merupakan tradisi pertama kali yang digagas oleh warga Bojong, Kemang, Bogor. “Lebaran Ketupat dilaksanakan sepekan setelah Hari Raya Idul Fitri,” katanya.

Kegiatan Lebaran Ketupat diikuti oleh sekurangnya 50 orang. Jamaah yang hadir berasal dari Desa Bojong, Kemang dan berbagai kecamatan lain di Kabupaten Bogor, yaitu Kecamatan Rancabungur, Kecamatan Sukaraja, Kecamatan Cibinong, dan Kecamatan Cijeruk.

Perayaan Lebaran Ketupat ala warga Desa Bojong ditandai dengan dzikiran munajat selesai puasa Syawal, makan ketupat bersama, dengan menu opor ayam dan aneka makanan ringan.

Para jamaah Lebaran Ketupat mengikuti dzikiran munajat selesai puasa Syawal

Selain itu, panitia juga memberikan orientasi tentang urgensi Lebaran Kaetupat sebagai warisan budaya adiluhung yang diperkenalkan Sunan Kali Jaga, perlu dilestarikan sebagai ajaran yang sangat baik dalam membumikan syiar Islam di tengah masyarakat.

Dasar dan dalil puasa enam hari pada bulan Syawal sangat jelas, hadits Nabi. Lebaran Ketupat syukuran setelah melaksanakan puasa Syawal selama enam hari mulai tanggal dua hingga tujuh Syawal, terang Fahir.

Para jamaah Lebaran Ketupat menyantap jamuan ketupat dan opor ayam yang dihidangkan panitia

Disampaikannya bahwa Lebaran Ketupat adalah bentuk “ihyaus sunnah” alias “living sunnah” dengan menghidupkan sunnah Nabi Muhammad SAW di tengah masyarakat, yaitu anjuran untuk melaksanakan puasa enam hari pada bulan Syawal.

Wakil Ketua DPD Dewan Masjid Indonesia (DMI) Kota Bogor periode 2003-2008 ini mengatakan tradisi Lebaran Ketupat pertama kali diperkenalkan pada masyarakat Indonesia oleh Sunan Kalijaga, salah satu ulama anggota Wali Songo, akhir abad 15 M, di Demak, Jawa Tengah.

Jamah Lebaran Ketupat Yayasan At-Tawassuth berfoto bersama sesuai acara

Sunan Kalijaga membudayakan dua kali hari raya, yaitu Hari Raya Lebaran dan Hari Raya Kupat atau Ketupat yang dimulai sepekan sesudah Lebaran.

Tradisi sungkeman merupakan implementasi mengakui kesalahan. Sungkeman mengajarkan pentingnya menghormati orang tua, bersikap rendah hati, memohon keikhlasan dan maaf dari orang lain, demikian Ahmad Fahir.

Rusmana