TQN Al-Muniriyah Bogor Gelar Suluk Rajab di Mranggen Demak

SERAMBINUSANTARA.com – Majelis Thoriqoh Qadiriyah wa Naqsabandiyah (TQN) Al-Muniriyah, Taman Pagelaran, Kelurahan Padasuka, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, menyambut Rajab 1443 H dengan menyelenggarakan suluk selama tiga minggu lebih.


Demikian diutarakan oleh Ketua Tanfidziyah Majelis TQN Al-Muniriyah Bogor, Ustadz Tri Hadi Siswanto kepada Serambi Nusantara Online, Rabu (2/2/2022).


Suluk TQN Al-Muniriyah Bogor, terang Ustadz Tri Hadi, akan dimulai pada Sabtu (5/2) dan dilangsungkan hingga Senin (28/2) mendatang.
“Kegiatan suluk ini diikuti oleh semua jamaah TQN Al-Muniriyah Bogor,” kata Tri Hadi.


Rais Syuriyah Majelis TQN Al-Muniriyah Bogor, Kiai Jufri Soleh mengemukakan, suluk akan dibuka di Ciomas dan ditutup di makam guru Mursyid TQN Al-Muniriyah, Syaikh Khairul Muniri Arli di Desa Kebonbatur, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak, Jawa Tengah.

Jamaah TQN Al-Muniriyah saat berziarah ke makam Syaikh Khairul Muniri Arli di Desa Kebonbatur, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak, Sabtu, 25 Desember 2021.


Sebagai pamungkas rangkaian suluk Rajab 1443 H, sambung Jufri, jamaah Al-Muniriyah Bogor akan berziarah ke Keramat Gunung Tidar, Kota Magelang, Jawa Tengah.


Kawasan Gunung Tidar identik dengan petilasan waliyullah “paku bumi” dan pembabat alas tanah Jawa, Syaikh Subakir.  Ia merupakan wali generasi awal, yang memulai gerakan Islamisasi tanah Jawa sebelum era Wali Songo.


Di Gunung Tidar juga terdapat makam “Kiai Sepanjang”, yaitu makam tongkat Syaikh Subakir yang digunakan untuk membabat alas tanah Jawa.
Jufri menuturkan, suluk artinya perjalanan ruhani menuju Allah. Suluk digelar pada bulan Rajab, karena merupakan bulan yang dimuliakan Allah dan disebut sebagai bulannya Allah.

Makom Syaikh Subakir, Gunung Tidar, Kota Magelang, Jawa Tengah


“Di bulan Rajab terdapat peristiwa terbesar sepanjang sejarah umat manusia, yaitu Isra dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Baitul Maqdis lalu ke Sidratul Muntaha,” tegas dia.


Suluk dilakukan untuk membersihkan diri secara lahir bathin melalui peningkatan perjalanan ruhani dengan sejenak mengurangi aktivitas keduniaan, agar lebih dekat kepada Allah.


“Tujuan utama suluk adalah penggemblengan ruhani, agar lebih istikomah dalam melakukan perjalanan menuju Allah untuk meraih ridha Allah di dunia dan akhirat,” tegas Ketua Yayasan Rubat Sangkanurip Ar-Azany Rancabungur ini.


Dalam mengikuti suluk, jamaah TQN Al-Muniriyah diharuskan untuk khataman dzikir itsbat (dzikir Allah) dan nafi itsbat (dzikir La ilaaha illallah), masing-masing sebanyak 70.000 untuk yang mengambil suluk sugro dan 100.000 untuk peserta suluk kubro.


TQN Al-Muniriyah dalam setahun menyelenggarakan dua kali kegiatan suluk, yaitu pada bulan Rajab dan bulan Muharram.


“Suluk digelar pada bulan Rajab untuk ittiba’ pada peristiwa Isra dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW. Sedangkan suluk Muharram untuk mengambil ibroh peristiwa hijrah Kanjeng Nabi dari Mekkah ke Madinah,” demikian Kiai Jufri Soleh. ***


Ahmad Fahir