Mustasyar PBNU KH Nawawi Abdul Jalil, Mata Air Keteduhan
SERAMBINUSANTARA.com – Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Nawawi Abdul Jalil Sidogiri wafat. Saat ini, sosok kiai tawadhu ini menjabat sebagai Pengasuh Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan.
Beliau juga pernah menjadi anggota tim Ahwa pada Muktamar ke-33 NU tahun 2015 di Jombang. KH Nawawi Abdul Jalil wafat pada Ahad, 13 Juni 2021 sekitar pukul 16.40 WIB.
Sejak tahun 2005, KH Ahmad Nawawi Abdul Jalil melanjutkan kepemimpinan pondok pesantren Sidogiri, Kraton, Pasuruan, Jawa Timur. Ia menggantikan pengasuh sebelumnya KH Abdul Alim bin KH Abdul Jalil yang wafat pada 2005.
Kiai Nawawi mengasuh pesantren yang kini terkenal menjadi model pesantren mandiri melalui pengembangan BMT-BMT Syariah yang menyebar terutama di hampir setiap kabupaten di Jawa Timur.
Ia dikenal sebagai pengasuh pesantren yang sangat dekat dengan para santrinya. Ia kerap mengontrol sendiri kamar-kamar santri di malam hari. Ia menginginkan para santri beribadah dan memuthala’ah pelajaran di malam hari. Demikian pengakuan salah seorang santri.
Sebagaimana dimaklum, pesantren Sidogiri didirikan pada 1745 M oleh Sayyid Sulaiman bin Abdurrahman Basyaiban (wafat pada 1766 M). Sayyid Sulaiman tidak lain keturunan keempat Syekh Syarif Hidayatullah yang dijuluki Knajeng Sunan Gunung Jati.
Sekretaris Jenderal PBNU H Ahmad Helmy Faishal Zaini menyampaikan bahwa almarhum merupakan sosok teladan bagi bangsa Indonesia.
KH Nawawi Abdul Jalil merupakan sosok alim, mata air keteladanan yang menjadi salah satu rujukan penting dalam momen-momen krusial menyangkut keorganisasian dan kebangsaan.
Pengasuh Pondok Pesantren Sidogiri itu mendedikasikan pikiran dan tenaganya untuk berkhidmah serta mengabdi memperjuangkan nilai-nilai Ahlussunnah wal Jamaah melalui NU. Tangan dinginnya juga melahirkan santri-santri yang berpemikiran brilian. Bahkan, sosoknya juga membuat Pesantren Sidogiri menjadi model pengembangan ekonomi.
“Kiai Nawawi adalah pendidik sejati. Dari tangan beliau lahir santri yang memiliki pemikiran brilian, termasuk salah satunya dengan menginisiasi BMT yang hingga kini menjadi role model pengembangan ekonomi pesantren di NU, bahkan di Indonesia,” katanya.
Helmy menyampaikan bahwa keluarga besar Nahdlatul Ulama menyampaikan duka yang mendalam dan berbela sungkawa atas bepulangnya kiai yang menjadi salah satu anggota Ahlul Halli wal Aqdi pada Muktamar Ke-33 NU Tahun 2015 di Jombang, Jawa Timur itu.
“Bangsa Indonesia secara umum, dan keluarga besar Nahdlatul Ulama secara khsusus merasa sangat kehilangan atas berpulangnya KH Nawawi Abdul Jalil,” katanya.***
Sumber: NU Online
Editor: Ahmad Fhair