Mahakarya dan Jejak Intelektual Syaikhona Kholil Bangkalan Segera Dipamerkan
SERAMBINUSANTARA.com – Sejumlah mahakarya dan jejak intelektual ulama besar yang merupakan mahaguru para pendiri Nahdlatul Ulama, Syaikhona Muhammad Kholil Bangkalan, Madura, Jawa Timur segera dipamerkan. Lajnah Turots Ilmi Syaikhona Kholil sebagai pengagas akan menghelat diskusi ilmiah dan pameran berskala nasional, untuk membedah karya-karya sang kiai.
Diskusi ilmiah dan pameran ini mengambil tema “Jejak Sejarah dan Manuskrip Syaikhona Muhammad Kholil Bangkalan: Eksistensi dan Keberlanjutan untuk Peradaban”, yang akan dilaksanakan di Hotel Ningrat Bangkalan, mulai 7 hingga 8 Juni 2021, kata Ketua Lajnah Turots Syaikhona Kholil, Utsman Hasan Al-Akhyari, Rabu (2/5).
Usman Hasan Al-Akhyari mengemukakan acara akan diisi berbagai kegiatan dan dihadiri beberapa kalangan mulai Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Pusat, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur, filolog, Bupati Bangkalan dan para pemuka pesantren.
Tidak ketinggalan akademisi perguruan tinggi, Museum Nasional Indonesia, cendekiawan Islam, sejarawan, komunitas pecinta dan pemerhati manuskrip Indonesia. “Akan turut bergabung pegiat manuskrip pesantren di Nusantara,” ungkapnya.
Lebih lanjut disampaikan bahwa bentuk kegiatan dilakukan dalam beberapa acara, yaitu pameran jejak sejarah dan peninggalan turats Syaikhona Muhammad Kholil Bangkalan.
“Juga ada seminar nasional jejak sejarah dan peninggalan turats Syaikhona Muhammad Kholil Bangkalan dan kontribusinya untuk peradaban di Nusantara,” jelasnya.
Berikutnya adalah focus group disscussion dengan kajian mendalam tentang khazanah manuskrip pesantren berkaitan dengan eksistensi dan keberlanjutan untuk peradaban.
“Tujuan dari kegiatan ini menumbuhkan minat dan kepedulian pada filologi berbasis turats Islam dan pesantren,” jelas dia. Kemudian membangun kesadaran kolektif atas signifikansi peran peradaban Islam dan pesantren di Indonesia baik skala lokal, regional, nasional atau global.
Yang juga ingin diraih adalah menumbuhkan kembali semangat perjuangan para leluhur dalam membumikan dan mendakwahkan Islam di Indonesia. “Juga menyebarluaskan dan meneladani etos dan metode perjuangan para leluhur dalam membumikan Islam di Indonesia,” jelasnya.
Untuk seminar, narasumber dan materi adalah KH Miftachul Akhyar, Raís ‘Aam PBNU dan Ketua MUI Pusat, KH Afifuddin Muhajir selaku Rais Syuriáh PBNU, KH Bahaúddin Nursalim, Rais Syuriáh PBNU.
Berikutnya Ahmad Ginanjar Sya’ban dari Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia, serta KH M Afifuddin Dimyati selaku Katib PBNU.
Untuk kegiatan focus group discussion adalah rencana tindak lanjut penguatan roadmap penelitian turats atau manuskrip pesantren.
“Terutama jejak sejarah dan peninggalan turats Syaikhona Muhammad Kholil Bangkalan dan para ulama lainnya dalam khazanah Islam di Nusantara,” pungkasnya.
Sumber: NU Online
Editor: Ahmad Fahir