Pandangan Tuan Syaikh Abdul Qadir al-Jailani Menyikapi Bencana Alam
Bogor, Serambi Nusantara – Bencana mengajarkan kepada kita untuk menjadi pribadi mukmin yang lebih berkualitas lagi, lebih dewasa menghadapi perbedaan-perbedaan, bukan justru sebaliknya. Beberapa kalangan mengaitkan bencana tersebut dengan kepentingan politik. Menurut mereka, bertubi-tubinya bencana dikarenakan rezim pemerintahan yang menyimpang dan zhalim. Bencana yang melanda warga negara kita disebut-sebut sebagai azab yang diturunkan oleh Allah. Betulkah anggapan demikian?
Dikutip dari Situs NU Online, berikut ini pandangan Tuan Syaikh Abdul Qadir al-Jailani dalam menyikapi bencana alam yang melanda orang mukmin. Menurut pandangan Syaikh Abdul Qadir al-Jailani, bencana tidak datang sebagai azab bagi orang mukmin. Namun sebaliknya sebagai bentuk cobaan.
Beliau berkata: “Ketahuilah bahwa cobaan tidak datang kepada seorang mukmin untuk merusaknya, namun datang untuk menguji keimanananya.” (Sayyid Ja’far al-Barzanji, al-Lujaini ad-Dani fi Manaqibis Syaikh Abdil Qadir al-Jailani)
Menurut pemilik julukan sulthânul auliyâ’ (pemimpin para wali) itu, mukmin diberi musibah oleh Allah, agar diuji sebatas mana tingkat keimanannya. Apakah ia semakin jauh dari Tuhan, apakah semakin dekat. Banyak kita jumpai, orang yang terkena bencana, ia frustasi, pesimis, bahkan cenderung menyalahkan Tuhan.
Bagi kaum beriman, bencana yang melanda negara kita, hendaknya menjadi bahan introspeksi diri akan kesalahan-kesalahan kita. Mungkin, kita masih banyak melakukan kemaksiatan. Mungkin kita masih sering menyakiti orang lain, masih sering melalaikan kewajiban-kewajiban. ***
Ahmad Fahir