Prabu Jayasasana, Cicit Prabu Siliwangi Penyebar Utama Islam di Wilayah Pajajaran Tengah
Cianjur, Serambi Nusantara –Sejarah penyebaran Islam di bumi Pasundan tidak dapat dilepaskan dari dinasti dan trah raja Kerajaan Sunda Pakuan Pajajaran, Sribaduga Maharaja Prabu Siliwangi. Anak, cucu, cicit dan keturunan pemimpin bergelar Prabu Jaya Dewata tersebut memiliki peran sentral dalam Islamisasi tatar Sunda.
Bila di belahan timur eks wilayah kekuasaan Pajajaran, terdapat nama Pangeran Cakra Buana, Sunan Gunung Jati, dan Raden Kean Santang. Di belahan tengah eks wilayah kekuaaan Pakuan Pajajaran terdapat nama Pangeran Aria Jayaasana. Adapun penyebaran Islam wilayah barat Pakuan Pajajaran dilakukan oleh Maulana Hasanudin, putra Sunan Gunung Jati – Nyimas Kawunganten, putri Pangeran Surosowan yang juga anaknya Prabu Siliwangi.
Pada Kamis (14/1/2021), saya mengunjungi makam Prabu/ Pangeran Jajayasasana di Kampung Majalaya, Desa Cijagang, Kecamatan Cikalongkulon, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Masyarakat luas mengenal Prabu Jayasasana dengan sebutan Raden Aria Wiratanudatar alias Dalem Cikundul.

Pangeran Aria Jayasasana memiliki peran dan kontribusi sangat besar dalam proses dakwah Islam di wilayah Pajajaran Tengah. Wilayah Pajajaran tengah saat ini mencakup, antara lain Kabupaten Cianjur, Kabupaten dan Kota Sukabumi, Kabupaten dan Kota Bogor, Kota Depok, DKI Jakarta, Kota dan Kabupaten Bekasi, dan Kabupaten Karawang.
Pangeran Aria Jayasasana adalah putra Pangeran Aria Wangsa Gofarana, Sagalaherang, Subang. Ia dilahirkan di Sagalaherang pada 6 Mei 1618. Pangeran Aria Wangsa Gofarana cucu Mundingsari Ageung dari Kerajaan Telaga Manggung, Majalengka, tak lain salah seorang anak Prabu Siliwangi.
Pada tahun 1677 Pangeran Aria Jayasasana mendirikan kerajaan Sunda bercorak Islam di daerah Cikundul, sekarang masuk wilayah Kabupaten Cianjur. Ia bertahta sebagai raja Cikundul dari tahun 1677 hingga tahun 1691.
Pangeran Jayasasana merupakan raja terakhir Sunda. Sejak runtagnya Kerajaan Pakuan Pajajaran pada tahun 1579, tampuk kekuasaan Sunda dilanjutkan oleh Prabu Geusan Ulun, yang notebene sebagai raja Sumedang Larang. Ia bertahta dari tahun 1580 hingga 1608 Masehi. Setelah ia wafat era Kerajaan Sumedang Larang pun berakhir.
Pangeran Jayasasana mencoba melanjutkan kepemimpinan Kerajaan Sunda dengan mendirikan Kerajaan Cikundul. Namun kerajaan ini hanya bertahan selama 14 tahun, karena era kekuasaannya beriringan dengan masuknya pengaruh kekuasaan penjajah Belanda, sehingga ruang lingkup dan gerakannya terbatas.
Pangeran Aria Jayasasana memiliki peran sangat besar dalam proses dakwah Islam di eks wilayah kekuasaan Pakuan Pajajaran bagian tengah. Bahkan sebagian besar bupati di wilayah ini setelah era kepemimpinnya di Cikundul hingga sekarang sebagian besar keturunan Dalem Cikundul.
Pangeran Aria Jayasasana meninggal dunia pada 6 Mei 1618. Ia dimakamkan di bukit Majalaya, Desa Cijagang, Kecamatan Cikalong Kulon, Kabupaten Cianjur. Setiap hari makamnya selalu ramai didatangi para peziarah dari berbagai penjuru Nusantara. ***
Ahmad Fahir