Sunan Kalijaga, Berdakwah Lewat Wayang dan Tembang Jawa

Sejarah Singkat Wali Songo Penyebar Islam di Pulau Jawa, Bagian ke-2 dari 9 Tulisan

Bogor, Serambi Nusantara – Sejarah perkembangan Islam di bumi Nusantara, terutama di Pulau Jawa, tidak dapat dilepaskan dari peran besar Wali Songo, khususnya Sunan Kalijaga. Ia memiliki pendekatan dakwah khas dalam menyebarkan Islam di tengah masyarakat.

Lahir pada tahun 1450 M, Sunan Kali Jaga kecil bernama kecil Raden Said. Ayahnya Raden Sahur atau Tumenggung Wilatikta merupakan adipati Tuban.

Sunan Kalijaga senang mengembara dan bertapa dari satu tempat ke tempat lainnya. Ia sering bertapa di pinggir kali, sehingga diberi gelar Kalijaga. Ia memiliki sejumlah nama lainnya, yakni Raden Mas Syahid, Raden Abdurrahman, dan Pangeran Tuban.

Ilustrasi. Sunan Kalijaga saat sedang bertapa di pinggir kali, guna mencari sosok guru sejati

Cara dakwah Sunan Kalijaga sangat unik, dengan memilih jalur kebudayaan sebagai jalan dalam menyebarkan Islam di tengah masyarakat Jawa. Ia memanfaatkan tembang dan wayang Jawa sebagai sarana interaksi sosial sekaligus seni dalam berdakwah.

Pendekatan budaya sebagai jalan dakwah Sunan Kalijaga, dipengaruhi oleh latar belakang keluarganya dan masyarakat sekitar yang sangat kuat dalam menjaga seni budaya Jawa. Sunan Bonang, sebagai gurunya, juga banyak mempengaruhinya dalam berdakwah.

Sunan Kalijaga adalah sosok ulama yang piawai dalam membangun relasi agama dan budaya melaui pendekatan akulturasi dakwah. Ia sangat toleran pada budaya lokal. Karenanya, dakwah yang dilakukannya diterima secara terbuka oleh masyarakat Jawa.

Berbagai jenis seni menjadi sarana Sunan Kalijaga dalam menyebarkan Islam, antara laim wayang, gamelan hingga senin ukir.

Sunan Kalijaga juga mencintai seni tarik suara suluk sebagai sarana dalam berdakwah. Ia menciptakan sejumlah tembang, seperti Ilir-ilir dan Gundul-gundul Pacul. Dua tembang ini sangat popular di kalangan masyarakat Jawa hingga sekarang.

Berbagai gagasan Sunan Kalijaga lestari saat ini, seperti tradisi perayaan Grebeg Maulud, Sekatenan, Layang Kalimasada hingga baju takwa alias baju koko.

Metode dakwah yang dikembangkan Sunan Kalijaga sangat efektif.  Mayoritas adipati di Jawa bagian tengah kala itu berbondong-bondong masuk Islam. Sebut misalnya adipati Pajang, Banyumas, Kebumen, Kartasura, dan Pandanaran.

Sunan Kalijaga meninggal dunia diperkirakan pada tahun 1513 di Kadilangu, Demak. Makamnya sekitar 1,5 KM arah tenggara Masjid Agung/ Alun-alun Demak.

Sebagai bentuk penghormatan atas jasa besarnya dalam menyebarkan Islam di tengah masyarakat Jawa, pemerintah mengebadikan namanya sebagai nama universitas Islam Negeri di Yogyakarta. ****

Ahmad Fahir

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *