Karya Langka Ulama Besar Bogor Mengguncang Dunia

Syaikh Mukhtar, Guru Legendaris Para Ulama Nusantara Asal Tanah Sunda

Bogor, Serambi Nusantara – Bogor ternyata memiliki ulama besar dengan reputasi internasional dan memiliki banyak karya monumental yang mengguncang dunia. Sosok ulama kebanggaan Bogor dimaksud yaitu Syaikh Mukhtar Attorid Al-Bughury. Ia tercatat sebagai guru besar di Masjidil Haram, Mekkah, pada akhir abad ke-19 dan awal abad 20 Masehi.

Staf Pengajar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, Dr KH Muhammad Khairul Mustaghfirin, MA, kepada Serambi Nusantara, Senin (4/1/2021) mengemukakan, nama Syaikh Mukhtar Al-Bughury, putera seorang bupati Bogor pada zaman kolonial dan ningrat Sunda turunan Dalem Wiratanudatar Cikundul, belakangan menjadi sorotan masyarakat dunia.

Dari sekian banyak kitab yang ditulis Syaikh Mukhtar Bogor, lanjut Pengasuh Pesantren Darul Hadits As-Syarif, Cipondoh, Kota Tangerang Selatan ini, ada satu karyanya yang sangat menyita perhatian ulama dan masyarakat dunia, karena satu-satunya kitab yang pernah ada di dunia hingga sekarang, yakni sebuah risalah yang secara khusus fokus membahas status halal memakan belut. Kitab ini tidak hanya menyita perhatian ulama di level lokal, Nusantara, tetapi juga internasional.

Syaikh Mukhtar Bogor membahas halalnya mengonsumsi belut dalam risalahnya yang berjudul lengkap As-Shawaiq al-Muhriqah li al-Awham al-Kadzibah fi Bayan Hal al-Balut wa ar-Raddu ala Man Harramah itu. Buku ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan Amirul Ulum dan Khairul Anwar, dengan judul “Kitab Belut Nusantara”.

Kehadiran kitab belut tersebut berangkat dari perdebatan yang muncul di kalangan ulama Nusantara kala itu menyikapi persoalan ini. Sebagian kalangan menghukumi haram belut, namun tak sedikit pula, termasuk Syaikh Muhktar, menilai bahwa belut boleh dikonsumsi.

Pada abad ke-19, diskusi mengenai hukum belut pun tak terelakkan antara para tokoh yang berada di Makkah dan ulama yang berada di Tanah Air, melalui korespendonesi surat. Di samping itu, penyebaran belut hanya banyak ditemukan di perairan tropis yang bersuhu antara 25 hingga 31 derajat selsius mencakup perairan Asia, seperti Indonesia, Malaysia,  Jepang, dan  Cina. Dari sinilah, muncul inspirasi dan dorongan menulis kitab khusu mengenai belut.

Syaikh Muhktar menegaskan, belut adalah hewan air yang tidak keluar ke darat, kendati memang, terkadang keluar untuk keperluan dan waktu tertentu saja, tidak permanen. Dengan demikian belut masuk kategori hewan yang hukumnya halal.

Ulama bermazhab syafi’i dan beraliran aqidah asy’ariyah tersebut membantah anggapan pengharaman belut didasari alasan menjijikkan. Anggapan tersebut keliru lantaran takaran menjijikkan atau tidak pada konteks belut, hanya merujuk pada cita rasa yang bernuansa karakter orang Arab dengan tingkat kesejahteraan yang lebih.“Saya mencicipi sendiri dan kebanyakan  orang dari kalangan ulama atau awam, baik pada era dulu dan kini, justru belut lebih lezat di banding jenis ikan lainnya.”

Pengasuh Pondok Pesantren Darul Hadits As-Syarif, Cipondoh, Kota Tangsel, Dr KH M Khairul Mustaghfirin, MA

Khairul Mustaghfirin yang menamatkan studi S3 ilmu hadits tasauf pada Universitas Al-Azhar As-Syarif, Kairo, Mesir mengemukakan, Syaikh Mukhtar Bogor adalah seorang syaikh, mudarris atau guru besar di Masjidil Haram Makkah, juga seorang musnid (ahli sanad) dan muhaddits (ahli hadits) kelahiran Nusantara dengan reputasi besar di level dunia.

Syaikh Abul Faidh Muhammad Yasin bin Muhammad ‘Isa Al-Fadani Al-Makki (Syaikh Yasin Al-Fadani) menyebutkan di dalam catatan kakinya untuk kitab Kifayah Al-Mustafid Lima ‘Ala Lada At-Tarmasi min Al-Asanid, bahwa ada sekitar 130 ulama pakar hadits riwayah yang berasal dari Nusantara dan dari mereka, ada 7 ulama yang memiliki periwayatan paling banyak dan semua berasal dari Indonesia dan Tuan Mukhtar Bogor adalah termasuk dari ke-7 ulama itu.

Syaikh Mukhtar Bogor merupakan seorang yang sangat rajin belajar, mengajar, membaca dan sangat kuat beramal. Praktik mengajar dilakukan di Masjid al-Haram dan di rumahnya sendiri. Ia mengajar di Masjid al-Haram antara Maghrib dan Isya. Murid yang hadir setiap pengajiannya sekitar 400 orang yang terdiri dari para pelajar, mahasiswa hingga para ulama dari berbagai belahan dunia.

Ia mengajar di rumah biasanya sesudah Subuh. Jika di rumah, ia mengajar ilmu nahwu, ilmu sharaf dan balaghah. Sesudah Asar Syaikh Mukhtar mengajar kitab Ihya’ Ulumiddin karangan Imam al-Ghazali. Pelajaran yang singkat tentang ilmu falak dan miqat dilaksanakan pada hari Selasa.

Setiap malam Jumaat, Syekh Mukhtar Bogor mengadakan majelis zikir dan doa. Setiap selesai melakukan zikir dan doa diiringi dengan jamuan makan secara berjemaah. Ia dikenal sosok yang zahid, banyak melakukan ibadah, banyak membaca selawat atas Nabi s.a.w, banyak membaca al-Quran. 

Syaikh Mukhtar Bogor juga dikenal sebagai seorang yang dermawan, ia menampung para pelajar yang tidak  mampu dengan bimbingan ilmu, sekaligus diberi makan dan pakaian seperti yang ia lakukan terhadap keluarganya sendiri.

Ahmad Fahir

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *