Abad ke-7 Masehi, Dua Pendeta Besar China Menyambangi Ciaruteun?
Bogor, Serambi Nusantara – Kabupaten dan Kota Bogor telah memainkan peran penting dalam pergaulan di kancah global sejak ribuan tahun. Diantara teori pendukung hipotesa adalah kerja sama yang dilakukan Kerajaan Taruma Negara yang berbasis di kawasan Ciaruteun, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor dengan Kekasiaran Tiongkok.
Balai Arkeologi Jawa Barat, menyebutkan pada abad ke-7, I’Tsing dari China dalam 12 tahun catatan perjalanannya di Nusantara menyebut tentang To-lo-mo. Berita dari masa dinasti Soui dan berita masa dinasti T’ang Muda juga menciratakan mengenai sebuah kerajaan yang bernama TO-lo-mo. Menurut beberapa ahli To-lo-mo merupakan lafal dari Cina dari Taruma. Berdasarkan data yang diduga keberadaan kerajaan Tarumanegara berlangsung dai abad ke-5 hingga akhir abad ke-7 M. Selain To-lo-mo di Jawa Barat juga disebut-sebut adanya Kerajaan Holotan, yang berlokasi di Ciaruteun sekarang. Sejarah lama Dinasti Sung (420-478).
Dikutip dari website Kemendikbud, I-tsing merupakan seorang pendeta besar China. Ia melakukan muhibah ke Nusantara bersama rekannya, Atisha, seorang pendeta besar dari Tibet. Keduanya datang ke Nusantara untuk belajar dan memperdalam ajaran Budha yang berkembang di Nusantara pada masa itu. Catatan perjalanan kedua pendeta ini, pada masa sekarang menjadi tabir bagi para peneliti dalam mengungkap misteri sejarah Nusantara.
Berdasarkan catatan perjalanan I-tsing yang telah dipelajari peneliti, I-tsing (dibantu 6 muridnya) selama 12 tahun menerjemahkan kitab suci agama Budha berbahasa Sansekerta ke dalam bahasa Mandarin di Ho-ling (Mataram Kuno). Sebelum tinggal 12 tahun bersama muridnya menerjemahkan ajaran Budha, I-tsing telah melakukan perjalanan ke Nusantara.
Dalam catatan perjalanannya pertama, I-tsing mengungkapkan singgah di Shin-li-fo-shin (Sriwijaya) selama 6 bulan untuk belajar Sanskerta, kemudian singgah selama 2 bulan di Mo-lo-yeu sebelum meneruskan perjalanan ke India. I-tsing mengisahkan daerah yang telah dikunjungi itu dikelilingi tembok-tembok batu dan tanah yang luas dan besar. Apabila berdiri disana maka bayang-bayang seakan tidak ada. Hingga saat ini, wilayah yang digambarkan tersebut masih menjadi tanda tanya.
Sementara Atisa (Dipankarasrijana) mengunjungi guru gSerlingpa (Suvarnadvipin) dan tinggal selama 12 tahun untuk menyempurnakan ajaran Budha murni yang kuncinya Ada pada pendeta agung Suvarnadvipin. Pada masa sekarang, para pendeta Tibet yang mewarisi ajaran bodhicitta yang mencakup pranidhana dan avatara yang telah dikembangkan Atisa dibawah bimbingan gurunya Dharmakirti selama 12 tahun di Suvarnadvipa. Ziarah yang dilakukan para pendeta Tibet sekarang bertujuan untuk menapak tilas perjalanan guru mereka Atisa yang mereka yakini dahulu pernah memperdalam ajaran budha di Nusantara.
Ahmad Fahir