Lebih Dekat dengan Suku Dayak Bumi Segandu, Losarang, Indramayu (Bagian 2-Habis)

Pertahankan Kepercayaan Tradisional, Alam sebagai Filosofi Hidup

Oleh Abdurrahman Al Muhalli, MA

Ketua Yayasan Pondok Sufi Gentala Arsy Ki Buyut, Bongas, Indaramayu

Ajaran Alam Ngajirasa yang digagas oleh Ki Takhmad, pimpinan Suku Dayak Bumi Segandu, terhadap pengikutnya dikembangkan dengan empat model ritual. Pertama, “Pewayangan” tentang kisah Pandawalima sebagai tokoh panutan. Kedua, “kumkum”, upaya melatih sifat sabar, benar, jujur, nerima, hidup, sembuh (sadar), tumbuh, dirawat, supaya menjadi bagus, kumkum adalah ritual berendam. Dilakukan pada setiap malam jum’at kliwon dengan cara berdiri dipinggir sungai selanjutnya merendamkan diri sekujur badan hingga sebatas leher (kepala).

Ketua Yayasan Pondok Sufi Gentala Arsy Ki Buyut, Bongas, Indaramayu, Kiai Abdurrahman Al Muhalli, MA (tengah)

Ritual tersebut dilakukan sejak tengah malam pukul 12 malam, hingga jam 6 pagi. Sebagai upaya melatih kesabaran dan kekuatan lahir bathin sebagai penganut ajaran Alam Ngajirasa. Ketiga, “mepeh”, memiliki arti membersihkan diri dari jiwa, raga, hati dan nafsu dunia. Keempat, “mender” dan pujian-pujian“Kidung alasturi” sama sepeti dibaan,dalam Islam.

Komunitas Dayak Bumi Segandu sangat meyakini nilai keagamaan lokal, digolongkan kedalam bentuk aliran kepercayaan. Baik dalam tindakan atau perilaku simbolik, seperti ritual pepe, dan kumkum ataupun simbol-simbol dalam bentuk benda seprti aksesoris-aksesoris yang digunakan sehari-hari. Dayak Losarang di Indramayu ini tergolong bebas agama namun memiliki aliran kepercayaa.

Dengan kata lain, dalam kehidupan moral maupun dalam rangka penyembahan kepada Tuhan Yang Maha Esa bagi penganut aliran kepercayaan tidak menagacu kepada ajaran agama tertentu seperti Islam, Kristen, Katholik, Hindu-Budha ataupun Konghucu. Adapun bentuk aliran kepercayaan komunitas Dayak Losarang adalah menganut ajaran Sejarah Alam Ngajirasa merupakan bagian dari ajaran Jawa Agama (Kejawen).   

Komunitas Dayak Losarang tidak memiliki agama tetapi menganut ajaran kebudayaan (buadaya) yang merupakan suatu bentuk ajaran berpandangan hidup kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan tidak bersandar sepenuhnya kepada ajaran agama-agama yang ada. Ajaran Sejarah Alam Ngajirasa yang dianut oleh komunitas Dayak Losarang sepernuhnya mempelajari (ngaji) atau mengkaji perasaan orang lain, termasuk hewan dan tumbuh-tumbuhan yang hidup di alam semesta.

Dengan mempelajari serta memahami perasaan sendiri juga orang lain, maka akan sampai kepada kesimpulan bahwa terdapat persamaan antara apa yang dirasakan dirinya dan orang lain. Misalnya, merasakan sakit bila dicubit maka jangan coba-coba mencubit, orang akan merasa kecewa dan tidak suka bila dibohongi demikian sebaliknya,orang akan merasa senang ketika dipuji dan dihargai.

Denghan mempelajari kenyataan yang terdiri rangkaian  pengalaman hidup sendiri, orang lain, juga makhluk hidup (hukum alam) maka manusia akan dapat memilah dan memilih mana baik dan buruk, mana yang benar dan salah.  Dari pengalaman hidup akan dapat dirumuskan nilai-nilai kebenaran yang terdiri dari sabar, benar, jujur, dan menerima kenyataan.

Suku Dayak Losarang dalam interaksi kehidupannya yang relatif tradisional dan sederhana, (a) nilai pendidikan yang rendah, (b) kurangnya pengetahuan serta keahlian pada bidang ilmu pengetahuan dan tekhnologi (IPTEK), (c) pekerjaan yang dilakukan oleh komunitas Dayak Losarang adalah sebagian besar buruh tani (bertani), (d) pola pakaian yang digunakan dalam kesehariannya hanya mengenakan celana pendek (kolor) berwarna hitam dan putih tanpa mengenakan alas kaki, (e) komsumsi makanan sehari-harinya tidak mengandung unsur yang bernyawa seperti daging ayam, sapi, kambing, dan sebagainya, melainkan  seperti; Ubi-ubian, jagung, sayur-sayuran dll.

Dengan demikian, pendidikan bagi mereka cukup sebatas ajaran serta pengajaran para orangtua kepada anak-anaknya dan pemimpin adat tentang cerita dan nasehat kebaikan. Cara mempertahankan tradisi adalah dengan memperkuat keluarganya masing-masing, yaitu dengan cara memberikan pendidikan (pengajaran) yang terbaik bagi turunannya (anak) melalui sosialisasi nilai-nilai pendidikan dalam ajaran “Sejarah Alam Ngajirasa” sejak dini. Alasan pertama, cukup bagi orang Dayak Losarang belajar dengan alam,. Filosofi kehidupan mereka adalah alam.

Alam semesta adalah wahana untuk menemukan ketenangan. Mengolah alam semesta memerlukan kesadaran jiwa, apabila alam semesta dilawan, keseimbangan akan gagal. Mereka percaya bahwa inti ajaran dalam hidup adalah alam. Kedua, belajar disekolah formal akan melahirkan struktur masyarakat baru, serta membuat sesuatu mengada-ngada dan itu tidak etis. ***

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *