Wisata Budaya? Yuk, Sambangi Situs Kuno Calobak di Punggungan Gunung Salak

Wisata Budaya? Yuk, Sambangi Situs Kuno Calobak di Punggungan Gunung Salak

Kabupaten Bogor adalah surganya cagar budaya. Ungkapan tersebut ada benarnya. Nyaris setiap titik di Bogor memiliki situs cagar budaya, baik yang sudah diketahui publik maupun belum, yang sudah diregistrasi pemerintah maupun yang belum terdata.

Salah satunya adalah Situs Kuno Pasir Keramat Gunung Salak atau biasa disebt Situs Calobak, yang berlokasi di Kampung Calobak, Desa Tamansari, Kabupaten Bogor. Situs yang berada di punggungan Gunung Salak ini  merupakan jejak peninggalan peradaban era megalitikum yang memiliki nilai besar sejarah Nusantara.

Istilah “Pasir Keramat” berasal dari bahasa Sunda, yang berarti tanah tinggi (gunung) yang keramat. Situs Calobak terletak di lereng timur laut Gunung Salak. Lokasi situs ini terbilang sulit diakses publik. Tidak heran bila jarang ada pengunjung yang menyambangi.

Keberadaan Situs Pasir Keramat Calobak semakin memperkaya warisan peradaban megalitikum di kawasan Gunung Salak yang tersebar di kaki, lereng maupun puncak gunung. Diperkirakan ada ratusan makam suci atau petilasan yang tersebar di kawasan gunung berketinggian 2.211 meter di atas permukaan laut itu.

Pada Sabtu (3/10/2015), saya pertama kalinya saya menyambangi Situs Calobak, dengan sejumlah pegiat budaya Sunda Bogor. Terakhir, saya menyambangi lokasi ini pada Kamis (17/6/2020), Napak Tilas ke-38 Hari Jadi Bogor dan aksi penanaman bibit buah bersama belasan pegiat budaya dan lingkungan.

Perjalanan menuju lokasi Situs Calobak terbilang cukup berat. Dibutuhkan persiapan ekstra. Pendakian menuju lokasi membutuhkan waktu sekitar dua jam, dengan jarak tempuh empat KM, kontur tanahnya menanjak dan licin karena tertutup rimbunnya pepohonan.


Di kawasan Pasir Keramat Calobak terdapat tiga titik situs. Di titik pertama,terdapat makam kuno “Uyut Esih” serta bangunan dari batu. Pada titik kedua, ditemukan makam kuno “Uyut Tolok”, juga ditemukan hamparan bebatuan yang tersusun rapi. Sedangkan di titik ketiga, yang berada di lokasi paling puncak, terdapat bangunan “punden berundak”, tempat suci untuk digunakan beribadah oleh manusia zaman purba.


Selain itu, di titik ketiga juga ditemukan pula tiga makam tokoh Sunda kuno, yakni “Eyang Raksa Bumi”, “Mamak Haji Ali Sakti”, dan “Mamak Haji Anta Ajimah”.


Berbeda dengan Situs Situs Cibalay, yang terletak di lereng barat laut Gunung Salak yang sudah diteliti oleh para ilmuwan dunia sejak tahun 1820, Situs Calobak hingga kini belum diteliti oleh pakar arkeologi dunia. Namun, sejak tahun 2011, Pemerintah Kabupaten Bogor,  telah menetapkan situs itu sebagai cagar budaya yang dilindungi oleh undang-undang.

Kendati belum ada penelitian secara ilmiah, diyakini Situs Pasir Keramat Gunung Salak itu memiliki hubungan erat dengan situs-situs megalitikum yang tersebar di kawasan Tenjolaya.Antara lain dapat dilihat dari kemiripan bebatuan yang digunakan untuk bangunan punden berundak, yang notabene sebagai tradisi megalitikum.


Merujuk pada ahli prasejarah, arkeolog dan etnolog dari Wina, Austria, sekaligus guru besar di Iranian Institute dan School for Asiatic Studies, New York, R.von Heine-Geldem (1926), tradisi membuat benteng-benteng batu, batu tegak (menhir), juga punden termasuk tradisi megalitikum tua yang dimulai kira kira pada masa 2.500 – 1.500 tahun sebelum Masehi.

Selain sebagai warisan peradaban era megalitikum diperkirakan, setelah era Masehi, “punden berundak” Calobak digunakan sebagai tempat ibadah raja-raja Sunda, mengingat posisi penting Bogor pada masa silam sebagai pusat kerajaan-kerajaan kuno Sunda. Masyarakat Sunda dikenal kuat dalam merawat tradisi dan warisan leluhur.


Situs ini juga sebagai jejak eksistensi kerajaan-kerajaan Sunda yang berpusat di Bogor, yakni mulai era Kerajaan Salaka Nagara abad 1 M, Kerajaan Taruma Nagara, Kerajaan Sunda Galuh hingga Kerajaan Pajajaran abad ke-16 M.

Kawasan sekitar Calobak, sejak era Kerajaan Sunda kuno, dikenal sebagai pusat “kabuyutan sepuh”. Kampung Budaya Sindang Barang, yang berjarak beberapa kilometer dari Calobak, di Desa Pasir Eurih, Kecamatan Tamansari, sebagai tempat lain yang dihormati.

Juru pelihara Situs Pasir Keramat Calobak, Bah Sain, mengatakan,keberadaan situs-situs purba di kawasan Calobak, dirawat secara turun temurun oleh warga setempat sejak dua abad silam. Situs ini telah dirawat oleh sesepuh masyarakat Calobak sejak tahun 1800-an.

Di kawasan Calobak selain terdapat ‘punden berundak’ juga ada lima makam tokoh Sunda kuno. Mereka adalah leluhur masyarakat Bogor. “situs ini kami jaga sebagai amanah dan bentuk penghormatan kepada pembesar masa silam, wujud kecintaan pada leluhur Sunda” kata Sain. ***

Ahmad Fahir