Situs Badigul, Warisan Penting Sejarah Bangsa yang Masih Terkubur
Situs Badigul, Warisan Penting Sejarah Bangsa yang Masih Terkubur
BADIGUL adalah nama sebuah kawasan perbukitan yang masuk dalam areal Rancamaya Golf & Country Estate, terletak di Kelurahan Rancamaya, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Hawa sejuk dan panorama alam nan eksotik merupakan keunggulan kawasan yang berjarak sekitar 9 KM di sebelah tenggara kota hujan. Tak heran bila sejak tahun 1992 berdiri perumahan dan padang golf yang megah, salah satu yang termegah di Bogor pada saat itu.
Di balik mewahnya properti dan padang golf Rancaamaya, jarang yang tahu bila kawasan ini menyimpan file sejarah amat berharga tidak hanya bagi maasyarakat Kota dan Kabupaten Bogor atau Jawa Barat saja, melainkan juga bagi masyarakat Indonesia dan dunia. Mengapa demikian? Badigul dahulu merupakan saksi bisu sejarah kebesaran Kerajaan Pakuan Pajajaran, yang beribukota di kawasan Batutulis, Kota Bogor.
Situs Badigul dan Prasasti Batutulis merupakan dua situs penting penunjuk jalan bagi eksistensi kerajaan Sunda yang paling sohor di mata dunia ini. Prasasti Batutulis dahulu kala merupakan kawasan utama keratin Pajajaran. Sedangkan Situs Badigul tak lain sebagai lokasi semedi, tempat mensuciukan diri, dan pusara para raja Bogor setelah mangkat.
Pengembang Rancamaya sangat beruntung memiliki kawasan yang memiliki nilai sejarah tinggi bagi perjalanan kerajaan terbesar Nusantara kala itu. Pihak pengembang cukup memahami arti penting nilai sejarah dimaksud. Hal itu ditunjukkan dengan tidak disentuhnya Badigul oleh gencarnya pengembangan properti yang mereka lakukan, terutama setelah dibukanya Jalan Tol Bogor – Ciawi – Sukabumi (BOCIMI).
Keunggulan sisi sejarah ini dapat dijadikan sebagai ciri khas dan brand image untuk meningkatkan nilai jual dan daya saing properti. Tidak ada pengembang manapun di Bogor maupun Jawa Barat yang memiliki situs bernilai sejarah sepenting Rancamaya. Pengembang Rancamaya dapat memadukan kepentingan bisnis dengan pelestarian warisan sejarah secara berdampingan dan bersamaan.
Oleh karenanya, akan sangat luar biasa bila situs ini dibuka untuk umum, dan melibatkan para pemangku adat Sunda yang notabene sebagai penanggung jawab langsung pelestarian budaya Sunda di Bogor Raya. Sisi lain Bukit Badigul, yang tidak dapat dilepaskan dari nama besar Prabu Siliwangi dan sejarah keemasan Kerajaan Pajajaran merupakan fakta sejarah yang tidak bisa dihapus terlepas dari adanya perusakan dan alih fungsi lahan sejak tahun 1990-an.
Jejak ibukota Kerajaan Pajajaran di Bogor diperkuat oleh keberadaan Prasasti Batutulis. Prasasti ini dibuat Prabu Surawisesa pada 1533, menggunakan aksara Sunda kuno, dituangkan dalam 8,5 baris. Prabu Surawisesa adalah putra Sri Baduga Maharaja Ratu Aji di Pakuan alias Prabu Siliwangi. Ia melanjutkan tahta sebagai Raja Pajajaran setelah sang ayah wafat. Prabu Siliwangi wafat pada akhir 1521. Prasasti Batutulis dibuat untuk mengenang 12 tahun wafatnya Prabu Siliwangi.
Prabu Surawisesa melukiskan kepemimpinan sang ayah sebagai era keemasan Sunda. Pada era Prabu Siliwangi daerah kekuasaan Pajajaran membentang kokoh, yang mencakup sebagian Lampung, seluruh wilayah Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Banten hingga barat Jawa Tengah. Sedangkan rakyat Pajajaran dikisahkan hidup makmur, damai dan sejahtera. Peneliti asal Portugis, Scopio menyebut era Prabu Siliwangi sebagai kepemimpinan yang adil dan bijaksana.
Semua mafhum Batutulis sebagai prasasti penting perjalanan Kerajaan Pajajaran. Namun belum banyak masyarakat yang tahu bila Badigul memiliki nilai sejarah yang berkorelasi erat dengan Batutulis. Dalam Prasasti Batutulis dikisahkan, jasa-jasa besar Prabu Siliwangi saat bertahta sebagai raja Pajajaran pada 1482-1521 alias selama 39 tahun, yakni membuat parit (pertahanan) Pakuan, membuat tanda peringatan berupa gunung-gunungan, membuat undakan untuk hutan Samida, dan membuat Telaga Rena Mahawijaya.
Lokasi Telaga Renamahawijaya diperkirakan berada di sekitar Badigul. Konon danau ini mengelilingi bukit Badigul. Bukit Badigul sendiri dalam sejumlah literatur, dikisahkan sebagai tempat semedi raja-raja Pajajaran kala itu. Badigul merupakan tempat suci para raja untuk bermunajat kepada sang pencipta.
Terdapat ragam opini masyarakat terkait lokasi makam Prabu Siliwangi. Ada yang beranggapan makam raja terbesar Sunda itu berada di Badigul. Ada pula yang menilai makam sang prabu berada di Gunung Salak. Berbagai tragedy di Gunung Salak pun kerap dikait-kaitan sejumlah pihak dengan informasi keberadaan tempat suci raja-raja Sunda di sana. Pendapat berikutnya, makamnya terdapat di Kebun Raya Bogor. Opini lainnya, ia moksa di Leuweung Sancang, Pamengpeuk, Garut.
Dasar pihak yang memiliki pandangan bahwa makam Prabu Siliwangi berlokasi di Bukit Badigul, dalam berbagai literatur sejarah-sejarah Sunda diungkapkan, bahwa Prabu Siliwangi dimakamkan di Badigul, Rancamaya. Karenanya, ia kerap dijuluki Sang Mokteng ing Rancamaya, yang artinya yang dipusarakan di Rancamaya.
Menurut kesaksian warga asli Rancamaya, pada awal pembangunan kompleks perumahan dan padang golf Rancamaya tahun 1992-1993, warga setempat sempat menyampaikan keberatan. Mereka berkeyakinan, di Badigul terdapat sejumlah menhir, prasasti serta sejumlah makam keramat raja-raja Pajajaran. Kini puing-puing sejarah tersebut sudah terkubur tanah. Dan situsnya pun hingga kini masih terpenjara oleh arogansi kapitalis. ***